Wednesday, December 12, 2007

Kenapa harus ber-qurban?


Momen dan momentum memiliki dua pengertian yang berbeda, namun kadangkala kita salah menggunakannya. Momen(t) sudah mengandung arti arah (direction) dan magnitude(size) dari suatu gerakan, sedangkan dalam momentum, walaupun ada vektor kecepatan tapi tidak terkandung informasi tentang arah gerakan. Sehingga dalam mengartikan hari-hari suci umat beragama melalui Kitab suci atau sunnah Rasul, seharusnya menjadi momen bukan sekedar momentum. Umat Islam selalu diingatkan untuk bertindak ekstrim terhadap ibadahnya pada waktu tertentu, Sholat 5 waktu, Puasa di bulan ramadhan, Haji, Isra' Mi'raj serta beberapa hal lainnya, termasuk diantaranya ber-qurban di bulan Dzulhijjah.

Saya coba mulai dari 3 buah contoh headline kisah suci tentang makna ber-qurban. Pertama, kisah 2 putra Nabi Adam a.s (Habil dan Qabil) untuk ber-qurban dari mata pencahariannya. Kedua, kisah Nabi Ibrahim a.s yang diperintahkan ber-qurban putranya Ismail a.s. Ketiga, kisah kaum Bani Israil dan Nabi Musa a.s yang diminta ber-qurban sapi. Ketiga kisah tersebut memiliki latar belakang yang sangat berbeda untuk ber-qurban. Kisah pertama adalah tentang 'arti berbagi' atas jerih payah sendiri kepada pihak lain. Kisah kedua lebih sulit tingkatannya karena memberikan sesuatu yang sangat dicintai kepada pihak lain. Sedangkan kisah ketiga, memberikan sesuatu kepada pihak lain sebagai pengganti. Namun perintah berkorban pada ketiga kisah tersebut mengandung arti sama, yaitu submission (agar lebih bertaqwa). Bahkan dalam Q.S Al Maidah:127 disebutkan "...Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertaqwa". Artinya ber-qurban jika dan hanya jika bertaqwa, apapun alasannya.

Saya menjadi diingatkan untuk mengerti bahwa arti ber-qurban lebih dari arti harfiahnya. Ini lebih merupakan panggilan jiwa, hanya dengan taqwa maka momentum ber-qurban menjadi momen untuk lebih bertaqwa. Kerendahan hati, kepedulian dan semangat memberi kepada pihak lain adalah pancaran pribadi yang akan semakin jernih seiring dengan ketulusan kita dalam menjaga momen ber-qurban dalam kehidupan sehari-hari.

Ya Allah, terima kasih atas keridlaan dan kasih-MU kepada seluruh umat manusia yang telah tulus berkorban dalam bentuk apapun, di manapun tempatnya dan dalam setiap kesempatan. Amien...

Thursday, November 22, 2007

3 Ksatria Graz (Bagian II - Evolusi...)


Pertama datang ke Graz, Oktober tahun lalu, saya sudah dikenalkan dengan teman-teman yang sama-sama berjuang melalui sekolah di kota ini. Demikian juga dengan teman sepermainan hobi main gamelan. Tidak terasa satu per satu teman dekat ini meninggalkan kota Graz kembali ke tanah air. Padahal saya baru mulai belajar mengenal dan berusaha menjadi teman yang baik...

Tahun ini, genap 3 temen baik saya sudah menyelesaikan study sebagai Doktor: mas Aswandy (bulan Maret), mas Suyitno (bulan September) dan Sendy (bulan Oktober). Ucapan selamat serasa tidak cukup untuk mereka bertiga. Mereka tidak hanya mumpuni secara keilmuan tapi juga menjadi teman yang memiliki pribadi yang sangat hangat. Saya tidak pernah merasa sendiri, walaupun komunitas kami sangat kecil. Dan saya pribadi menilai, inilah sebenarnya yang diinginkan oleh semua orang (Cita-cita Puncak - Ultimate Goal) di dunia, berpendidikan tinggi berbanding lurus dengan pribadi yang baik.

Tanpa kehilangan keunikan dalam diri masing-masing, ketiga teman saya ini mampu dengan baik berbaur tapi memberi warna yang beragam dalam persahabatan kami. Saya tidak malu-malu untuk mengatakan, mereka adalah pantas untuk dijadikan contoh dalam kapasitas tertentu. Saya melihat dengan seringnya interaksi, komunikasi, curhat bahkan semangat saling memberi di masa lalu mereka, kristalisasi pribadi yang baik akan terbentuk. Dan hal inilah yang menjadikan persahabatan menjadi langgeng, saling menghargai dan menghormati keunikan pribadi teman kita.

Friday, November 16, 2007

Presisi dan Toleransi

Apakah kedua kata presisi dan toleransi bertentangan? Pertanyaan bodoh dalam pikiran saya ketika mengutak-atik gambar hasil perhitungan dengan Matlab(R). Menggambar distribusi aliran kecepatan dalam pipa 3D. Hasilnya kalau skalanya saya kecilkan (desimal rendah) ternyata hasilnya mirip dengan teori, tapi akan sangat kacau gambarnya kalau desimal saya naikkan. Hmm..pikiran jelek saya mengatakan kalau gitu saya saya pakai desimal rendah aja....hehehe

Eits...nanti dulu, saya sedang menghindari sikap pragmatis seperti ini!! Kalau saya menggunakan desimal tinggi maka konsekuensinya akan dihadapkan pada hitungan2 rumit di langkah selanjutnya. Saya harus menghabiskan time of computing hanya karena digit ke sepuluh desimal belum konvergen. Tapi dengan desimal lebih rendah, saya harus memilih rentang akseptabilitas hasil hitungan yang makin lama makin membesar. Hal ini berakibat rentang input juga membesar.

Eh, ternyata terjawab juga pertanyaan saya...presisi dan toleransi itu merupakan rangkaian seri proses hitungan. Bisa presisi terlebih dulu kemudian toleransi atau toleransi dulu baru presisi. Presisi di awal (digit tinggi) proses menurunkan standar deviasi ekspektasi hitungan (hasil lebih mudah analisisnya). Sedangkan toleransi di depan (desimal rendah) mengakibatkan besarnya standar deviasi hasil sehingga kita harus selalu mengevaluasi dalam spektrum yang lebih luas.

Yang (sadar) sumber dayanya sedikit cenderung presisi, tapi yang (merasa) sumber dayanya berlebih cenderung mengutamakan toleransi. Benarkah demikian premis ini?

Sunday, November 11, 2007

Evolusi dalam Diri Manusia (Part I)


Pengantar

Dalam beberapa buku kuno baik yang non-fiksi maupun kitab agama selalu disebutkan sifat kefanaan (baca : ketidakkekalan) manusia. Manusia lahir, mati, sakit, sehat, dan kondisi fisik lainnya. Namun pernahkah anda rasakan atau pikirkan bahwa kefanaan ini juga terjadi dalam ranah pikir, rasa, dan hendak (niat) ??

Pemikiran, Perasaan dan Niatan, adanya dalam diri atau individu yang bersifat sangat dinamis. Pemikiran merupakan fungsi akumulasi informasi dari indera yang disimpan dalam memori (Otak Besar) dan memiliki sifat limit to infinity. Output dari pemikiran disebut pengetahuan. Perasaan merupakan fungsi kebiasaan mengevaluasi etik dan estetik dari suatu fenomena. Perasaan yang tidak tumbuh dengan kesadaran hanya jadi info sesaat yang tidak bisa di-recall.

Pemikiran dan Perasaan memiliki kemiripan perilaku, yaitu makin sering dilatih makin tinggi kapabilitas dan reaktivitasnya. Sedangkan Niatan adalah buah dari interaksi antara Pemikiran dan Perasaan, dimana dinamikanya ditentukan oleh fungsi probabilitas distribusi antara pengetahuan dan sensitifitas.

Dalam kajian kitab suci lebih lanjut menjelaskan perasaan (bahasa arab: Nafs) dalam bebrapa kategori akan hal yang baik dan akan hal yang buruk. Baik dan buruk merupakan terjemahan lebih lanjut dari benar dan salah, yang sudah dipengaruhi oleh informasi sebelumnya.

Jadi masih relevankah istilah "berpendirian teguh" untuk dinamika seperti ini? Ataukah ini hanya merupakan ungkapan reaktif terhadap suatu fenomena tertentu? Kita lanjutkan diskusi pada bagian berikutnya...

Everybody Changing (by Keane)
...You're gone from here
Soon you will disappear
Fading into beautiful light
'cause everybody's changing
And I don't feel right.

So little time
Try to understand that I'm
Trying to make a move just to stay in the game
I try to stay awake and remember my name
But everybody's changing
And I don't feel the same....

Thursday, November 08, 2007

Autodialog


Pengalaman menarik saya dapatkan ketika mengambil mata kuliah di TU Graz. Kebetulan keduanya saya sukai karena bukan hanya teori tapi juga ada praktikum. Saya sangat berharap selain knowledge juga dapet skill, yang satu skill di laboratorium dan satunya di komputer.

Setelah hampir sebulan ternyata hasil dari kedua mata kuliah ini tidak sesuai harapan. Kenyataan dosen praktikum komputer menganggap diri saya bodoh. Mungkin karena saya tidak bisa mengkomunikasikan hasil saya dengan baik, walaupun saya mendapatkan nilai terbagus. Jadi kesempatan saya untuk berinteraksi di kelas pun, sangat dibatasi dengan pandangan meremehkan. Memang awalnya sangat menjengkelkan...sampai-sampai hampir putus asa.

Tapi akhirnya saya merespon dengan bersikap TAHU DIRI. Dengan coba berdialog dengan diri sendiri untuk bercermin. Simak berikut ini dialognya (T: Tanya, J: Jawab):
T: Memangnya Kamu itu siapa?
J : Mahasiswa dari Indonesia tentu saja...(pikirku kok kaya gini ditanyain).
T: What language do you speak actually for this Class?
J: (Wah ini pertanyaan retoris dan sangat filosofis pikir saya)...hmm, I try to speak...(belum selesai)
T: Kamu beraninya ngambil kuliah yg bukan bidangmu?
J : Karena saya mencari ilmu bukan hanya mendalami apa merasa sudah saya miliki.
T: (sambil geleng2) Ya, kenapa kamu berani? Apa kamu tahu resikonya?
J: Ya saya tahu pasti resikonya...dalam posisi mencari saya tidak akan berharap terlalu banyak memahami sepenuhnya. Pemahaman itu lebih ke fungsi waktu jika beban dan kecepatan belajar saya sama (E= Fvt).
T: Lalu?
J: Saya hanya bermodalkan semangat dan menyadari bahwa di sini saya akan bertemu dengan orang-orang yang (mungkin) lebih pinter. Dan saya belum tahu betul kemampuan relatif saya terhadap orang -orang ini di kuliah ini.
T: Apa yang akan kamu lakukan setelah tahu kemampuan relatif kamu sampai sekarang?
J: Saya sebenarnya kurang peduli akan rekan sekelas, toh mereka juga tidak peduli kepada saya. Kuliah masih akan berlangsung 3 bulan lagi, saya masih punya kesempatan untuk mengejar ketinggalan yang saya miliki.
T: Kamu yakin akan hal itu?
J: Saya memang punya keterbatasan dalam diskusi berbahasa Jerman...ingat berbahasa Jerman...apalagi dosen saya seringkali menggunakan istilah Jerman dalam menganalogikan istilah penting dalam kuliah. Tapi saya tetap yakin bisa...
T: Kembali ke pertanyaan tadi 'What language do you speak actually for this Class?'
J: Saya berkomunikasi dengan pemahaman penuh terhadap sesuatu di kuliah ini. Saya tidak akan mau mengumpulkan tugas kalau saya tidak tahu apa yang saya kerjakan.
T: Apa maksudmu?
J: Saya sedang belajar menjadi seorang Doktor, saya sudah harus berusaha jujur akan ability yang saya punya. Sudah saya buang jauh2 sikap untung-untungan dalam setiap saya mendalami ilmu, baik dalam tugas, praktikum, ujian, apalagi riset. Tapi catat...saya selalu berusaha at the best of the best.
T: Kamu tahu, ada batasan waktu untuk study di sini?
J: Justru itu yang sangat saya perhatikan. Kalau dimensi waktu t=berhingga, maka yang saya akan berusaha F(t=berhingga+1) hingga sayapun bisa dengan lantang mengatakan 'usaha saya akan berhenti jika Allah SWT menghendaki'.
T: (menghilang....hanya white noise)
J: Alhamdulillah...saya sudah kembali.

Jika orang sampai bilang 'berani mati untuk mencapai cita2', maka saya akan mengatakan 'berani hidup dalam menghadapi masalah'.

Wednesday, October 31, 2007

Kiriman Lucu dari Kakak Saya

Ini kiriman dari mas Yoyok (Kakak) saya yg tercinta di Jakarta untuk ulang tahun saya ke 32 (wah..udah tua nih...). Matur nuwun ya...

Monday, October 29, 2007

Coffee-Junk??

I have tested how addicted me for coffee.

Tuesday, October 09, 2007

Malcolm X (Inspirasi yang hadir di Bulan Ramadhan)


Entah apa yang menghinggapi pikiran saya sehingga dalam 3 minggu ini punya keinginan kuat nonton film-film religius dan berkarakter kuat. Mulai dari Desperation, Zodiac, Missisipi Burning, sampai Malcolm X. Sementara Bobby, Magnolia, A Beautiful Mind dan Passion of The Christ masih di daftar tunggu. Sayangnya diantara film-film tersebut tidak ada yang durasinya kurang dari 2 jam...alias lama sekali. Kalaupun ada hiburan, nontonnya film horror sadis macam Saw III, It dan The Hills Have Eyes 2...(ck ck ck...malah nambah tegang!).

Saya tidak akan mengupas satu-satu film itu, karena mungkin saya bukan reviewer yang baik tentang film. Tapi khusus film Malcolm X, ada pengaruh yang cukup bagus dalam pemikiran saya. Awalnya film ini bicara tentang penokohan karakter2 dalam film, mirip sekali dengan gaya Sergio Leone (Once Upon a Time in America) yang durasi filmnya mencapai 229 menit!! Bukan seperti Ocean 11-13 (kata temen saya Dudy...kelas receh hehehe). Kemudian cerita dilanjutkan perjalanan hidup dia sebagai seorang anak jalanan yang pintar tapi salah pergaulan sampai akhirnya masuk penjara. Dalam penjara inilah Malcolm X bertemu sesama narapidana yang memberikan pencerahan tentang Islam dan pandangannya terhadap manusia. Waktu jaman itu sedang gencarnya masalah rasisme di negara Paman Sam. Lalu hidupnya diteruskan dengan penuh perjuangan menentang pemerintahan dalam membasmi kebijakan rasisme walaupun pada akhirnya berujung pada kematian akibat ditembak. Kisah perjuangan yang mirip dengan pendeta Jesse Jackson.

Berkaitan dengan bulan Ramadhan ini, kisah Malcolm X merupakan bentuk nyata sebuah aplikasi ajaran bahwa agama Islam yang diyakini dengan integritas yang tinggi akan memberikan dampak yang sangat baik bagi masyarakat sekitarnya, tanpa memandang SARA dan Status Sosial. Integritas pada suatu ajaran terwujud pada moral obligasi yang dijunjung tinggi, dalam hal ini beragama Islam yang baik. Kita sering lupa bahwa ketika berkompetisi bersama orang /pihak lain, yang diagungkan secara berlebihan adalah kelebihan/prestasi
bukan pada nilai manfaat yang diberikan kepada orang lain. Sehingga keunggulan hanya membuahkan kedengkian bagi pihak lain.

Saya berpikiran ketika ALLAH SWT telah banyak memberikan kemudahan dan kesempatan untuk berbuat baik dan berjalan pada hal yang benar, tapi banyak juga yang kita tidak hiraukan. Jarak antara niat berbuat baik dan realisasi berbuat baik pasti kurang dari 1 detik. Tapi kita lebih banyak menundanya. Padahal makin cepat kita meneruskan proses niat ke perbuatan maka kita akan makin terbiasa.

Kita banyak memohon ampun dan maaf kepada-NYA dan orang lain, serta dilanjutkan dengan memaafkan kesalahan orang lain. Tapi kita lupa untuk memaafkan dan berdamai dengan diri kita sendiri. Sehingga pikiran dan perasaan selalu dihinggapi dengan rasa bersalah, takut, ragu-ragu dan minder atas apa yang telah kita lakukan pada masa lampau.

Menjelang akhir bulan yang sangat penuh berkah ini, saya berusaha bangkit dari lamunan dan euforia tentang pahala selama Ramadhan. Karena hal yang lebih penting sudah banyak saya tinggalkan, yaitu memberikan manfaat yang baik kepada orang lain. Seorang ulama menyebutkan "Jika kamu membantu menyelesaikan beban orang lain, percayalah bahwa ALLAH SWT akan membantu meringankan masalahmu."


Yaa ALLAH, hanya dengan ridlo dan kuasa-MU aku berbuat sesuatu... Alhamdulillah, atas semua kasih dan sayang-MU melembutkan hati-hati orang muslim dengan memperbanyak ibadah dan sedekah selama bulan ini.

Thursday, September 20, 2007

Metafora vs Transparansi


Apakah masih ingat dengan ungkapan-ungkapan pemimpin kita ketika berbicara di depan massa (atau media massa), seperti:
"...jangan sekali-kali melupakan sejarah..", kata bung Karno;
"...Ing ngarsa sung tuladha...", kata Ki Hajar Dewantara;
"...sabdha pandhita ratu...", kata pak Harto;
"...seperti harmoni melodi dalam komposisi...", kata Andi Mallarangeng.
Metafora yang disampaikan oleh pemimpin dalam berbagai kesempatan bagi saya memberikan rasa bagi pendengarnya, walaupun itu terkadang asam, asin, manis, atau bahkan pahit. Namun sayangnya, seiring bergemanya reformasi yang mengedepankan transparansi maka metafora2 seperti ini semakin sulit kita dengar. Jangankan di kalangan pemimpin, bahkan di kalangan guru sekolahpun sudah sulit.

Kehilangan rasa pada pengungkapan sesuatu (baca berkomunikasi) menunjukkan adanya perubahan besar dalam budaya interaksi kita. (Sebenarnya) Ada keraguan/kebingungan yang muncul saat orang bermetafora dalam suasana resmi, tapi itu memberikan dampak imajinasi yang luar biasa. Pada awalnya budaya lugas cukup menarik, karena kita tidak perlu menerjemahkan lebih lanjut kata2 yang kita dengar atau baca. Tapi lambat laun saya merasa seperti berkomunikasi dengan kitab undang-undang, buku peraturan atau text book....menjemukan sekali.

Friday, August 10, 2007

Stairway


Dreaming is what you kept when you want to move forward. Just like stepping the stairway, sometime you move up but you don't realize that you will always step down. Maybe stepping down doesn't always have a negative meaning but that is part of dynamics of your life.

Do you believe in infinity, by the time or space? Just to remain you that nothing was created will be last. The creator maybe could be stay a little bit longer but the Supreme Creator is forever. So please, start to be a creator for any dimension for your life. It means your idea, creation, thought, and gift should be spreaded out wisely, precisely and ultimately. Nothing the best will be yielded from the worst effort.

And then stairway to heaven is not just a dream....

Friday, August 03, 2007

Being Wise


Dikutip dari Wisdom Word of Einstein the Buddha
Science now needs great meditators, otherwise this earth is doomed. Science now needs people who can use their minds, who are masters of their being, who can use science in a conscious way. Otherwise we are on the verge of committing universal suicide.


“Einstein had one of the most beautiful minds. Did he abuse it? Do you think the scientists who have created great technology and destroyed the whole ecology of the earth have used their minds or abused them? If one day this planet earth is going to die, it will be because of the great minds of the twentieth century -- because if in the whole history of humanity there have been a hundred scientists, ninety-nine happen to be alive in the twentieth century. In fact seventy-five percent of the great scientists of all the ages are alive now.

Pernahkah anda menyangka bahwa selama hidup ilmuwan satu menjadi penentang utama fasisme dan militerisme, lalu termasuk dalam komite menentang penggunaan bom atom walaupun dia termasuk founder "Manhattan Project". Saat meninggal, anak emas pengetahuan ini dijadikan milik semua golongan dari politikus, agamawan, scientist, dll. Apakah ini contoh mutakhir being wise after knowledgement?

Sampai tingkat tertentu, kita akan merasakan bahwa knowledge is never enough. Apa yg anda pikirkan seandainya bom atom, reaktor nuklir, mass destruction weapon ada di tangan orang yang salah?

New Born-Late Edition


Alhamdulillah, tanggal 8 Mei 2007, anggota keluarga kami bertambah satu, dengan lahirnya putri kedua kami Madana Yunda Waskitantri. Lahir di Purworejo, kota kelahiran saya, pada pukul 09.45, hari Selasa Kliwon. Tradisi tiga nama tanpa nama keluarga (family name) kita pertahankan, setelah putri kami pertama (Alm.) Ayu Prabawaning Purbandari.

Madana diambil dari bahasa sansekerta berarti kecantikan dan kebaikan, lalu Yunda merupakan kependekan dari Yuyun ananda, yang berarti putrinya Yuyun (nama depan istri saya). Sedangkan Waskitantri terdiri dari 2 kata sanskerta/jawa kuno waskita dan tantri (kata feminim dari tantra). Waskita bermakna pandai dan tantri/tantra bermakna sumber tertulis dari suatu pengetahuan, dalam bahasa sekarang juklak atau SOP. Jadi waskitantri berarti yang menjadi sumber/acuan agar pandai.

Saat artikel ini usia putri kami hampir 3 bulan. Mudah-mudahan doa kami bisa menjalankan amanah untuk mendidik putri kami ini dengan sebaik-baiknya. Amien...

Akhirnya Ngeblog lagi

Setelah beberapa bulan off...akhirnya blog ini akau tulis lagi.
Tak terasa udah 10 bulan lebih saya meninggalkan tanah air melanjutkan studi di Austria. Sekarang saatnya meng-geber lagi laju motor mengerjakan riset. 4 bulan dengan more than 6 juta rows data....? Harus bisa!!!

nice to write again

Saturday, January 20, 2007




Kabar dari Istri Tercinta

Istri saya sedang hamil 6 bulan dan terakhir dia diajak wisata ke pantai makan seafood dengan rombongan STM PN Purworejo. Tempat dia bekerja sekarang...Ini dia fotonya..kayaknya seneng-seneng aja nih..